GALIA NEWS - Warga di sekitar Gunung Merbabu Kabupaten Magelang Jawa Tengah terancam kekurangan air bersih pasca-kebakaran Taman Nasional Gunung Merbabu(TNGMb) beberapa hari lalu. Hal tersebut terjadi lantaran banyak pipa air yang rusak ikut terbakar pada peristiwa itu.
Kepala Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan, Suyanto mengatakan Warga khususnya yang tinggal di Dusun Suwanting Desa Banyuroto kesulitan mendapatkan air bersih sejak kebakaran terjadi pada Rabu 19 Agustus 2015 lalu. Menurut dia, kebakaran yang menghanguskan puluhan hektar lahan itu merupakan kebakaran yang paling besar dalam kurun lima tahun terakhir.
"Banyak pipa yang terbakar, tapi jumlahnya belum tahu pasti termasuk berapa panjang pipa air yang terbakar," kata Suyanto, Selasa (25/8/2015).
Warga berjalan kaki untuk mencari air di tempat yang cukup jauh dari dusun yang berjarak sekitar enam kilometer dari puncakGunung Merbabu itu. Warga harus berjalan kaki sekitar 15 menit untuk turun menuju tempat penampungan air yang terletak di pinggir jalan.
"Beruntung bagi warga yang memiliki sepeda motor, mereka lebih mudah mengangkut air bersih yang sudah dimasukkan ke dalam jeriken," ungkap Suyanto.
Suyanto menyebutkan, di Gunung Merbabu, banyak sekali terdapat sumber mata air yang menjadi sumber kebutuhan sehari-hari, baik untuk konsumsi maupun pengairan lahan pertanian. Namun belakangan suplai air bersih menurun.
Selain diakibatkan kebakaran hutan, kekeringan juga disebabkan karena musim kemarau. Beberapa waktu terakhir, katanya, debit air semakin kecil sehingga warga terpaksa mencari sumber yang cukup jauh.
Kepala Seksi Wilayah II TNGMb San Andre Jatmiko membenarkan bahwa kebakaran yang terjadi di kawasan Sabana gunung Merbabu itu berdampak pula berkurangnya suplai air bersih untuk warga yang tinggal di sekitar gunung setinggi lebih dari 3.000 meter dari permukaan laut (mpdl) itu.
"Banyak pipa air milik warga yang terbakar," ucap Andre.
Dampak lainnya, sebut Andre, adalah kerusakan lingkungan seperti kerusakan flora dan fauna serta polusi udara. Kerusakan flora kemungkinan banyak bunga edelweis yang masih banyak tumbuh di kawasan ini yang ikut ludes dilalap si jago merah. (Tribun Jogja)