Senin, 21 September 2015

EKSPEDISI SEBUAH TRADISI MANUSIA UNTUK TERUS BERPETUALANG SEPANJANG MASA

Masih ingatkah kita, cerita anak-anak bergambar tentang ekspedisi Colombus? Dengan perahunya mendarat dibenua Amerika. Bukan rekaan, cerita itu diangkat dari kisah nyata perjalanan Amerigo Vescupi seorang wartawan yang mengikuti ekspedisi layar Columbus. Demikianlah dari jaman prasejarah seperti peradaban manusia goa dan jaman sejarah (dimana manusia mulai mengenal tulisan). Dari dulu, hingga kini dan nanti. Semenjak kecil hingga tua renta kita (manusia) senantiasa tertarik dengan cerita-cerita petualangan, ekspedisi dan kemegahan alam raya. Bahkan beberapa para pelaku (tokoh)nya kemudian menjadi  seorang “pahlawan” (hero) dimasanya. Karena keberaniannya untuk sampai di tempat-tempat yang sulit terjangkau oleh kebanyakan orang.
Tersebut paragraf pertama (diatas) adalah illustrasi (gambaran) tentang ekspedisi ala petualangan jaman dulu. Lebih terkesan pada nilai ekspansi (menjajah), ekonomi-perdagangan, petualangan (adventure). Dimasa sekarang, ekspedisi sangat beragam tergantung dari latar belakang organisasi dan para pelaku ekspedisi tersebut. (Tapi dalam hal ini bukan termasuk ekspedisi: jasa paket pengiriman. Ini diluar pokok pembahasan kita.) 
Ekspedisi kendati merupakan istilah yang sudah lama dipakai. Terdapat perbedaan pandangan termasuk didalamnya definisi atau batasan ekspedisi itu sendiri. Perhimpunan yang berorientasi pada petualangan umumnya mengaitkan ekspedisi sebagai kegiatan yang bersifat perintisan jalur baru dan menjelajah. Sehingga target dan sasaran diantaranya:
(1)   Memecahkan dan atau mengulang kembali rekor  pembukaan jalur, dibeberapa tebing, hutan gunung, sungai dan goa.
(2)   Ekspedisi ‘fist descent’ untuk sungai, ekspedisi ‘fist ascent’ untuk gunung dan tebing dan ‘premiere’ untuk goa.
Sementara organisasi yang berorientasi pada lingkungan dan ilmiah umumnya mengaitkan ekspedisi dengan kegiatan penelitian, baik yang bersifat eksploratif, pendiskripsian maupun penjelasan. Bahkan kini, tidak jarang suatu ekspedisi menggabungkan keduanya antara petualangan dan penelitian.
Untuk membedakan suatu perjalanan dikatakan sebagai ekspedisi  adalah dengan melihat pengelolaan atau memanajemennya. Manajemen yang dimaksud lebih ditekankan pada proses, yaitu proses mengelola sumber daya ekspedisi, untuk mencapai tujuan.
Tujuan perjalanan, tingkat kesulitan, kuota peserta, range biaya yang dibutuhkan, jarak dan waktu tempuh, keterlibatan banyak pihak dan kompleksnya permasalahan yang dihadapi merupakan indikasi bahwa suatu perjalananan memerlukan pengelolaan yang sungguh-sungguh dan kemudian ini bisa disebut ekspedisi.
Tentunya menyelenggarakan ekspedisi lebih rumit dibandingkan sebuah perjalanan biasa. Tak semudah yang digambarkan pada ekspedisi kapal popeye atau ekspedisi Tintin ke Bulan.





Ekspedisi Muncul Dari Banyak Kepentingan  
            Sejarah Perancis mencatat Antoine De Ville memanjat tebing Mont Augille (2.097 meter) atas perintah raja Perancis Charless VII. Ratusan tahun kemudian Presiden Sukarno menyuruh RPKAD ke Puncak Jaya, ketika itu Irian baru tujuh bulan menjadi bagian wilayah NKRI. Dan hal yang serupa Mayjend (ketika itu) Prabowo Subianto memerintahkan anggotanya dari Kopassus mendaki Everest. Dan keberhasilan ekspedisi Everst Indonesia 1997 menjadikan Indonesia sebagai negara pertama dari kawasan tropis sekaligus juga negara Asia tenggara yang mencatat sukses menggapai Puncak Everst (Buku: Himalaya Merah Putih : 1997)

            Soe Hok Gie muda terkenal sebagai seorang demonstran, seorang pejuang untuk perubahan. Aktifitas mendaki gunungnya terkesan sebagai bentuk ekspresi kejenuhan pada kondisi sosial politik negara yang diterjadi saat itu. Kecermatannya melihat sesuatu mengarahkan padanya untuk “beralasan” bahwa kegiatan mendaki gunung sebagai media untuk mengenal dan mencintai tanah air. (lebih lanjut: Silahkan tonton film Gie dan baca novelnya)
            Saat ini mahasiswa yang terhimpun dalam Mapala tumbuh berkembang (ditempat yang kering dan basah) mempunyai banyak alasan mengemas ekspedisi dengan berbagai muatan. Mahasiswa yang mempunyai karakter muda, sportif, berenergi, inovatif dan merdeka menjadikan ekspedisi Mapala berbeda dengan perhimpunan/ organisasi yang lainnya.  Mapala fakultas ilmu budaya ekspedisinya akan mengusung materi tentang sosial, budaya  masyarakat. Mapala biologi muatan ekpedisinya akan menitikberatkan kegiatan pada bidang biologi, keanekaragaman hayati dan sebagainya.
Tak jauh, sebagian besar ekspedisi dilakukan untuk aktifitas pengambilan data, penelitian dan kepentingan ilmu pengetahuan.
Ekspedisi yang banyak diselenggarakan perhimpunan/ organisasi Mapala untuk menjelajah pelosok nusantara diarahkan untuk berbagai kepentingan, seperti ; penelitian, survei, eksplorasi, ekspedisi ilmiah atau darma karya (action program) dan ekspedisi prestasi.
            Kegiatan petualangan dimuka bumi ini dilakukan diberbagai tempat dan dalam berbagai tingkatan. Selain berpetualang para penggiat dialam bebas ini juga melakukan penelitian ilmiah. Ilmu biologi, ekologi, geologi tidak bisa berekembang hanya dalam ruang laboratorium, para ilmuwan harus keluar ruangan dan terjun kebelantara, dasar laut bahkan terbang ke angkasa. Petualangan dan ilmiah mempunyai kesamaan asal-usul, yakni keingintahuan pada apa yang berada dibalik garis batas pandangan. Baik itu pandangan mata, pandangan batin maupun- kadang pengetahuan.

            Kegiatan alam bebas tidak hanya petualangan tetapi juga penjelajah ilmiah. Harian Republika melaporkan pada 5 Oktober 1997 suatu pengumuman pers mengenai penjelajahan tim perancis yang menyelidiki Pulau Siberut. Kegiatan semacam ini kerapkali dilakukan di Indonesia yang merupakan negara kelautan, kepulauan dengan berbagai kekayaan alam dan kenekaragaman hayati.


Disadari bersama bahwa kegiatan di alam terbuka seperti pendakian gunung, pengarungan sungai, pemanjatan tebing, penelusuran goa, perjalanan, pengembaraan dan penjelajahan lain dialam terbuka mengandung banyak resiko. Selain resiko, kegiatan ini mengikutsertakan unsur ilmu pengetahuan, olah raga dan pembentukan mental. Karenanya dibutuhkan pengelolaan yang baik.
            Merumuskan ide dan tujuan. Ide dapat muncul dari mana saja. Menonton program TV, diskusi dengan dosen, kliping koran, mimpi dan sebagainya. Membaca potensi (daya dukung)sekitar adalah syarat untuk memastikan ekspedisi ini akan berjalan dan mendapat bantuan banyak pihak. Sebaiknya semua ide yang ada diinventarisasi terlebih dulu, baru kemudian dikerucutkan (dipilih) dan dipertimbangkan ide mana yang paling (mungkin) sesuai (dengan kemampuan) untuk bisa dilaksanakan.
            Melakukan penjajagan untuk mencari gambaran umum dengan berbagai cara: mempelajari peta, meminta pendapat dari pelaku yang pernah melakukan kegiatan serupa, laporan operasional, kliping, film, foto, slide dan pemaparan pendapat dari para ahli dan yang tak kalh penting adalah mengirim tim survey. Karena disana ada penampakan bentang lam (tempat arena kita bermain dan belajar) dan penduduk setempat sebagi nara sumbernya.
            Mengadopsi kegiatan dari perhimpunan lain, boleh saja. Tapi jangan kemudian melakukan kegiatan yang sama pernah dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Yang kemudian kemanfaatannya kurang bagi masyarakat. Langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan dan sasaran. Tujuan dan sasaran ini yang kan menjadi parameter keberhasilan sebuah kegiatan ekpedisi.
Minimalkan kepentingan kelompok, perhimpunan dan pribadi. Ekspedisi mesti syarat dengan muatan untuk kemanfaatan kepentingan masyarakat luas. 
            Waktu dan tempat. Waktu dan tempat ditetapkan berdasarkan alasan tertentu. Keterjangkauan dan aksesbilitas menuju lokasi. Perbedaaan sosial-budaya, musim-cuaca harus diperhitungkan. Kadang kita abaikan laporan prakiraaan cuava harian. Padahal ada baiknya laporan BMG (Badan Meterologi dan Geofisika) menjadi bagian penyusunan jadual kegiatan. Tentunya kita akan menyesal kalau turun ke sungai (arung jeram) tetapi volume airnya berkurang, sehingga habis waktu untuk portaging. Atau dilintas raya kalimanatn Timur pada musim hujan sering terjadi kerusakan jalan karena berlumpur. Ini akan menghambat pergerakan tim masuk ke lokasi. Kondisi politik nasional juga menjadi cacatan khusus, misalkan Pilkada saat ini, begitu mempengaruhi situasi kondisi masyarakat daerah.
            Anggota. Jumlah anggota ekspedisi harus ditetapkan berdasarkan kuota dan kebutuhan. Peserta yang berangkat (operasional) untuk mengambil data adalah mereka yang disiapkan dan melalui tahapan seleksi. Kemampuan fisik mesti dimbangi oleh teknik dan pengetahuan. Jumlah peserta termasuk didalamnya porter (pengangkut barang) mesti ditentukan sejak awal, jika dibutuhkan. Potensi dari luar tim, penduduk setempat, guide, unit SAR, tenaga medis harus dipertinbangkan fungsi dan peran dalam operasional.
Anggaran Biaya. Beberapa hal yang harus diperhitungkan dalam menyusun anggaran biaya adalah bagaimana dana diperoleh: sumbangan, hibah, usaha dana, sponsor atau ditanggung oleh anggota tim. Kemudian konsekuensi jika dana tidak dapat terpenuhi; apakah akan mengurangi jumlah peserta, memperpendek dan atau mengundurkan waktu pelaksanaan, atau membatalkan ekspedisi sama sekali. Banyak program ekspedisi terhambat oleh karena tidak adanya ketersediaan dana yang mencukupi.
            Pada masa akhir kemakmuran orde baru, kabarnya sekitar 3 milyar rupiah (nilai dolar masih 2.500 rupiah) dikeluarkan untuk membiayai proyek Everst-Indonesia 1997. Satu diantara, ekspedisi berkapasitas dan untuk kepentingan nasional
            Pembentukan panitia dan pembagian tugas. Pembentukan seksi dan struktur operasional mesti jelas untuk alur kerja. Pembagian tugas atlet dan panitia dari awal dipisahkan. Konsentarasi atlet pada kesiapan fisik, teknik dan tim kerja. Sementara panitia membantu kesiapan peralatan, dana, perijinan dan publikasi.
            Dikepanitiaan jangan sampai terjadi tumpang-tindih (overlay) terlebih meninggalkan tugas (escape: melarikan diri)
            Jadual kegiatan  (time schedule) disusun bersama tim atlet dan panitia.Ekspedisi jangka panjang membutuhkan jadual yang lebioh lama 2 -3 periode (tahun) atau lebih. Masa transisi (pergantian pengurus) mesti sangat diperhatikan. Jangan sampai persiapan  yang sudah disusun sedemikian rupa pada tahun pertama kemudian kembali ketitik awal karena serah terima tugas yang kurang baik. Hindari kejenuhan latihan atlet. Lengkapi karantina dengan waktu libur, recovery, kunjungan pejabat. Kombinasikan jadual materi ruang dan try out (simulasi). Berikut latihan teknik dan fisik. 
            Seleksi Anggota. Proses seleksi idealnya diawasi oleh bidang atau badan pendidikan dan latihan ekspedisi yang didalamnya ada beberapa pelatih. Seleksi bisa berupa tes fisik, teknik dan psikologi. Suasana kompetisi (saling bersaing) mesti ditumbuhkan diantar peserta (anggota). Sehingga mereka terpilih berangkat bukan hanya yang berkesempatan atau menyempatkan diri tetapi karena sebuah proses seleksi yang ketat.

Penyusunan Proposal bukan sekedar formalitas untuk memperoleh ijin and atau dana adri sponsor belaka. Proposal berfungsi untuk mengarahkan ekspedisi. Proposal yang baik akan memberikan penjelasan dan gambaran tentang ekspedsi. Pada umumnya proposal  memuat : (1) latar belakang (2) dasar pemikiran (3) bentuk, waktu, tempat  (4) sasaran (5)anggaran biaya (6)keterlibatan (6)penutup. Dalam pelaksanaannya format proposal tidak selalu harus demikian tetapi sesuai kebutuhan.
Logo, slogan, simbol dan judul ekspedisi berguna untuk membangun image (citra) dan kepentingan publikasi. Khusus proposal operasi  memuat : gambaran umum  lokasi ekspedisi, target dan sasaran, skenario operasi, perbekalan dan perlengkapan, jalur komunikasi, jalur medis dan jalur perijinan. Proposal light expedition atau try out (uji coba)  disusun serupa dengan kegiatan sebenarnya.

Perizinan harus diselesaikan secepat mungkin. Potensi sekitar harus diberdayakan untuk membantu pelaksanaan program.

Sponsor dan Publikasi
Publikasi seringkali menjadi kunci keberhasilan menggaet pihak sponsor. Kegiatan pendukung seperti audience kegiatan, malam dana, pameran foto alat dan film kadang menjadi incaran para sponsor. Pelajari produk mereka, cukup dekatkah produk mereka dengan kegiatan ekspedisi yang selenggrakan. Tidak sedikit pihak sponsor yang tidak memahami kegiatan kita. Presentasi adalah salah satu cara melengkapi proposal sponsior yang kita ajukan pada perusahaan. Kepentingan bagian pemasaraan perusahaan adalah seberapa besar event (kegiatan) tersebut mampu mengundang masa. Kita harus menjawabnya, yakni dengan cara mengemas ekspedisi dengan kegiatan pendukung.
            Survei dan perencanaan terperinci. Pengiriman tim survey akan sangat membantu penyusunan kegiatan. Lengkapi tim survey dengan lembaran survey guide sehingga informasi standart yang dibutuhkan ekspedisi tidak ada yang terlewatkan. Sampai hal yang terkait dengan kebiasaan adat-istiadat masyarakat setempat. Contoh sederhana kostum tim harus menyesuaiakan, dipedalaman kadang ada pantangan yang harus dihindari. Termasuk perbekalan, perilaku aktifitas keseharian dan penampilan (appearance). Ekspedisi yang ramah budaya adalah satu hal yang harus diperhatikan.
            Komunikasi dan informasi selama operasional harus mengalir (berjalan dengan baik). Dari lokasi keluar dan atau sebaliknya. Jalur komunikasi yang baik akan mampu menutupi beberapa permasalahan sarana di bidang eksepdisi lain yang terbatas.
Sekretariat temporary (sementara) yang dilengkapi surat tugas untuk melakukan kegiatan administratif (surat menyurat) selama kegiatan berlangsung cukup membantu pada saat ekspedisi diselenggarakan jauh dari sekretariat organisasi induk .
            Pelaksanaan. Dalam tahapan pelaksanaan tanggung jawab sepenuhnya ada pada tangan ketua ekspedisi. Struktur operasional mesti dijalankan dengan baik.
Lakukan pertemuan untuk evaluasi dan diskusi tentang ekepedisi di setiap kesempatan.
Ekspedisi dengan kebutuhan tim yang berjumlah dari satu, lokasi yang berbeda akan semakin rumit khususnya untuk jalur komunikasi. Potensi sekitar mesti kita baca sehingga akan membantu pelaksaan operasi. Improvisasi boleh saja dilakukan, tetapi tetap harus memperhatikan proposal-awal yang menjadi guide (pegangan) kegiatan keseluruhan. Segala aktifitas kegiatan dilapangan senantiasa mengedepankan safety prosedur (prosedur keselamatan).
            Penyusunan laporan, pasca kegiatan. Tahapan ini merupakan anti klimaks, sehingga seringkali tertunda. Kemalasan, kejenuhan dan kelelahan tim kadang muncul pada tahapan ini. Segerakan lakukan evaluasi umum dan pembuatan laporan, semasa anggota tim masih cukup banyak mengingat (memory) semua kegiatan dilapangan.
            Setelah laporan selesai disusun lakukan penyebarluasan antara lain dalam bentuk presentasi, sebagai usaha untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada khalayak. Jangan sampai laporan ekspedisi yang terkubur dalam perpustakaan, dan dongeng para pelakunya dan tidak tersentuh (terbaca) masyarakat luas
            Ucapan terima kasih, piagam penghargaan pada atlet, undangan presentasi pada spesial person, tembusan surat pada keluarga, upacara (ceremony) dan sebagainya menjadi media penghargaan pada mereka yang habiskan waktu dan tenaga untuk keberhasilan ekspedisi
            Ekspedisi yang syarat muatan ada baiknya membentuk tim pembuatan laporan. Pekerjaan laboratorium, analisa data dan lainya terkait dengan keilmuan harus disertai oleh ahlinya.

Menyusun skenario operasional adalah bagian terpenting yang dilakukan pada tahapan perencanaan ekspedisi:
Kekuatan tim : Berkelompok atau Solo
Memecahkan rekor target kadang bisa diukur dari jumlah peserta. Pendakian solo tentunya akan lebih beresiko dibandingkan berklelompok. Kecelakaan sepele seperti halnya keseleo tiba-tiba menjadi hal yang serius pada saat melakukan pendakian sendiri, karena mesti dengan upaya dan tenaga sendiri merawat dirinya.
            Berkelompok lebih dari  satu atau solo adalah pilihan. Beberapa ekspedisi gabungan pernah diselenggarakan. Diantaranya Ekspedisi Leuser Wanadri dan Brimob adalah kerjasama dan keberhasilan  sipil dan militer. Contoh lain: Ekspedisi Tebing Bukit Kelam Putri Khatulistiwa (1992) adalah ekspedisi gabungan Mapala di Yogyakarta
            Contoh ekspedisi solo adalah Fahzam Fadlil yang melakukan pelayaran seorang diri dan kembali ke kampung halamannya. Pada tanggal 26 Desember 1992 ditengah musim dingin, dia meninggalkan pelabuhan New York menuju Jakarta dengan perahu layar. Badai Samudra Atlantik memaksanya kembali ke New York. Enam bulan kemudian dia kembali dengan tujuan yang sama.
Transportasi : Satu jalur atu lebih
Jalur transportasi alternatif lebih dari satu memberikan peluang jika terjadi seuatau maka jalur alternatif dapat digunakan. Jarak akan menentukan waktu tempuh. Melakukan perjalanan darat, udara atau air menuju lokasi. Berjalan kaki, menggunakan tenaga kuda atau penduduk setempat adalah pilihan. Efisiensi waktu menjadi prioritas .Dua jalur yang berbeda akan menyuguhkan suasana yang berbeda pula. Ini akan memberikan nilai lebih perjalanan (evakuasi) tim ekspedisi menuju lokasi
Tingkat Kerumitan: Waktu dan Biaya
Untuk mendaki Vinson dan Aconcagua kepanitiaan ekspedisi yang diperkuat oleh empat menteri kabinet dan rektor UI tahun 1990-an) menganggarkan Rp 732 juta yang diperoleh dari sponsor. (Majalah Purnawarman No 28). Tidak sedikit ekspedisi yang gagal atau tertunda waktu karena pemenuhan dana yang terbatas.
Porter : Ada atau ditiadakan
Ekspedisi Cendrawasih I, 39 tahun yang lalu. Gabungan Indonesia Jepang ini beranggotakan 60 orang didukung 200 orang porter (pengangkut barang).
Menggunakan porter lokal dimungkinkan akan lebih murah daripada mesti mengusung sendiri paket logistik tim. Tapi memang ada beberapa perhimpunan yang “mengharamkan” atau tepatnya meminimalkan menggunakan porter (pengakut barang) dalam ekspedisinya
Tingkat Kesulitan : Medan dan Iklim
Membaca iklim dan musim yang terbaik menjadi pertimbangan khusus dlam menyusun perencanaan. Tapi boleh saja kalau iklim yang buruk menjadi catatan tersendiri untuk mengambil point ‘petualangan. Musim hujan dan badai tentunya mempunyai karakter dan teknis khusus untuk menyelesaikan jalur pendakian. Menurut   Norman Edwin (almarhum) dalam bukumu Mendaki Gunung mengatakan berjalan diatas puinggungan adalah yang paling aman. Mengapa tidak? Sebuah perintisan jalur mencoba melalui lembahan sungai dengan banyak variasi medan yang berat. Mendaki menyusuri sungai Gunung merapi dimusim hujan atau pada musim kering adalah pilihan. Seperti halnya Pemanjatan tebing air terjun yang sudah lama digemari pemanjat di negara Jepang, adalah alternatif petualangan selain memanjat tebing “ batuan kering”.



Latihan : Sebulan atau satu semester
Kapten Inf. Rochadi yang ditugasi untuk mempelajari dan mempersiapakan tim Everst Indoensia 1997 melaporkan pada (atasannya) Letjend TNI Prabowo Subianto dan mengajukan 4 kriteria yang menjadi syarat keberhasilan ekspedisi ini, mendapatkan pelatih terbaik, perlengkapan terbaik, sherpa-sherpa terbaik, dan anggota yang memiliki motivasi yang kuat. Artinya bakalan (calon atlet) yang bagus, akan menetukan waktu program latihan.
Tim Everst Indonesia melakuakan  pelatihan selama 6 bulan waktu yang cukup singkat dibandingkan Malaysia yang sudah 2 tahun mempersiapkan diri untuk tujuan yang sama yaitu Puncak everst..
Logistik : Mencari atau menyediakan.
Bahan bakar dan air menjadi kebutuhan utama hidup kegiatan dihutan tropis. Hutan   menyediakan kehidupan bagi para pengunjungnya (pendaki). Ada pilihan untuk membawa semua kebutuhan air dan bahan bakar atau dari awal diputuskan untuk mencari dilokasi (survival). Paket  kebutuhan makanan dibawa dari supermarket atau akan dibelanjakan dipasar tradsional setempat. Ini pertimbangkan efisiensi waktu, biaya, dan packing (pengepakan).
Anggota tim : Selapis atau berlapis
Seperti halnya bermain di sepakbola. Kesebelasan tentunya memiliki pemain yang duduk dibangku cadangan. Demikian pula dengan ekspedisi pemain cadangan dipersiapkan dengan porsi yang sama untuk menggantikan posisi pemain utama.
Kalaupun hanya selapis (satu tim), siapkan skenario operasi untuk kemungkinan operasional dengan jumlah tim kecil (kekuatan separuh).
Sasaran dan Muatan : Tambahan atau ditambahkan
Muatan ekspedisi tentunya mempertimbangkan ide awal penyelenggarakan ekspedisi itu sendiri. Yang kedua adalah kekuatan tim. Mampukah tim melaksanakannya? Selanjutnya tim akan dibekali materi (keilmuan) dan dilengkapi oleh peralatan yang memadai.
Jangan sampai kemudian muatan-muatan tambahan yang dibawa tim, membebani dan mengaburkan sasaran utama yang ingin dicapai
Publikasi : Mana yang mesti dimunculkan atau disimpan
Membaca liputan ekspedisi Barito-Muleer-Mahakam diharian Kompas Senin 4 Juli 2005 kemarin. Menarik? Secara peridik ekspedisi ini mengisi halaman Kompas. Demikian ekspedisi yang didukung oleh media tentunya kan mempunyai publikasi yang baik pula. Dilain cerita, tahun 1996 ada yang meragukan keberhasilan Clara (Pendaki Putri Indonesia Ke Puncak Everst  (Bola: Oktober 1996). Menurut Tantyo Bangun salah satunya dikarenakan publikasi yang lemah. Dia kurang memberikan reportase secara rinci. Wajar kalau orang kaget karena tiba-tiba sudah ada dipuncak.  Sementara tim Afrika selatan yang naik hampir bebarengan dengan Clara, melakukan publikasi luar biasa. Laporan perjalanan mereka setiap hari bisa diikuti lewat internet.

Proses : Keberhasilan dan kegagalan
Ekspedisi gagal karena banyak faktor, diantaranya:
EKSPEDISI
ò
EVALUASI
ò
Ekspedisi Papua
Sungai Membramo (1991) W - Bandung
Kondisi medan sungai yang asing dan berat. Harus diawali dengan susur sungai untuk orientasi medan & memperkuat tim darat
Ekspedisi Gunung Es Cartensz 
Papua (1995) I - Malang
Jalur komunikasi yang kurang baik sehingga kecepatan rescue terlambat.
Ekspedisi Hutan Gunung Leuser-Loser
Aceh (1998) M- Jogja
Perijinan yang tidak bisa diselesaikan karena kondisi politis dan keamanan (waktu itu).
            Pelajaran berharga bagi rekan satu tim yang selamat, atau tim lain yang berkeinginan untuk kembali mengulang ekspedisi tersebut. Berdasarkan pengalaman tersebut tentunya akan adas celah yang menjadi jawaban keberhasilan satu ekspedisinya.
            Tak mudah mengubah skenario operasional. Hati-hati dengan aktifitas diluar skenario. Kadangkala ketidakdisiplinan mengikuti alur skenaio operasional menimbulkan masalah baru. Hayati ekspedisi sebagai pelaksanaan amanat (tugas). Patuh dan disiplin dalam menjalankan pada posisinya. Contoh: Menjaga base camp komunikasi artinya dia akan terus menjaga dan memantau perkembngan pergerakanan tim. Tidak ada kepentingan lain yang kemudian tugas komunikasi base camp ditinggalkan.
            Jiwa petualangan orang berbeda. Ada yang puas satu kali melakukannya, ada yang terus berulang dan semakin lama, semakin sulit dan semakin larut, bahkan ada yang sampai fatal. Namun demikian ini tidak ada yang bisa menghentikannya, generasi berikutnya akan terus bertualang. Budaya manusia untuk terus bertualang.


Referensi Bacaan:
  1. Buku: Ekspedisi Cendrawasih I, Di Puncak Himalaya Merah Putih Kukibarkan (1997), Mengejar Pelangi DiBalik Gelombang (2004)
  2. SKH: Kompas, Kedaulatan Rakyat, Republika dan Tabloid Bola
  3. Majalah: Purnawarman, Jelajah dan National Geographic
  4. Buletin: Wanadri, Mapala UI dan Limo Sewelas
  5. Diktat: Sekolah Manajemen Ekspedisi Wanadri (1993), Manajemen Ekspedisi Gladian Yogyakarta (1996).
  6. Lembaran: Iwoek Almarhum (Mapala UPN), Pindi Setiawan dan Yemo Waluku (Wanadri), Don Hasman (Garuda Nusantara) dan Adiseno (Mapala UI).
  7. Laporan Operasi: Ekspedisi Irian PPGAD -Wanadri (1991), Pengembaraan Hutan Gunung Raung Mapala UPN (2003), Pengembaraan Tebing Pereng Kuning (2003), Ekspedisi Tebing Lingga Mapala UPN (2003)