GALIA NEWS - MAPALA UPN “Veteran” Yogyakarta merupakan satu-satunya Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Unit kegiatan mahasiswa di bidang kepencintaalaman ini dibentuk tanggal 15 Juni 1991. Tanggal ini dipilih berdasarkan Surat Ijin Kegiatan Nomor SI.1/116/V/1991/Rek tentang pelantikan Pengurus dan Malam Sarasehan Mapala UPN “Veteran” Yogyakarta.
Melihat tahun pendirian MAPALA, dibandingkan dengan usia UPN “Veteran” Yogyakarta, tentu banyak orang bertanya, kenapa MAPALA dibentuk setelah kampus tersebut memasuki usia setengah abad? Apakah ada unit kegiatan sejenis yang dibentuk sebelum tahun 1991?
Inilah yang coba kami sampaikan dalam cerita singkat mengenai Sejarah MAPALA UPN “Veteran” Yogyakarta. Cerita ini dirangkum dari hasil penelusuran sejarah selama beberapa tahun terakhir. Mulai dari kesaksian para pelaku, dokumentasi kegiatan hingga sejumlah postingan di millist Kampoeng Galia MAPALA.
Cerita berawal dari tahun 1977. Ketika itu, beberapa mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta berkeinginan membentuk suatu wadah yang dapat menampung, menyalurkan hobby dan minat di bidang kepecintaalaman. Para mahasiswa tersebut, yang kebetulan juga menjadi anggota kelompok pecinta alam umum TMS7 (Top Mountain Stranger 7), berinisiatif mendirikan suatu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam di UPN "Veteran" Yogyakarta.
Akhirnya, terbentuklah suatu wadah yang diberi nama Mahasiswa Pecinta Alam WINDRASANA (Widya Indra Karsa Buana). Kata-kata sansekerta itu punya arti dan makna yang luar biasa, yakni “keinginan dan semangat yang terus-menerus untuk belajar dengan seluruh panca indra bagi bumi ini."
Para perintisnya adalah Santoso, Heru dan Yudhi. Koordinator kegiatan kemahasiswaan pada saat itu di bawah Dewan Mahasiswa (DEMA) yang diketuai Umar Fatah. Sementara Pembantu Rektor III dijabat oleh Drs. Irfan Kusumohadobroto.
Bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1977, dideklarasikanlah MAPALA UPN “Veteran" Yogyakarta dengan nama WINDRASANA. Acara peresmian dilakukan di puncak gunung Merapi. Sementara pelantikan pengurusnya dilakukan di Kampus Ketandan dengan mengundang sejumlah perhimpunan pecinta alam di Yogyakarta.
Santoso ditunjuk sebagai ketua MAPALA WINDRASANA. Namun unit kegiatan ini hanya berumur pendek. Artinya, belum sempat melakukan banyak aktifitas, sudah keburu vakum kegiatannya. Hal itu terjadi karena kesibukan para pengurusnya di DEMA. MAPALA WINDRASANA pun menjadi tidak terurus dan akhirnya "mati suri".
Menurut penuturan Santoso, ketika itu MAPALA WINDRASANA tidak mempunyai fasilitas serta sumber daya manusia yang memadai, akibatnya unit kegiatan itu hanya berfungsi sebagai fasilitator bagi anggota TMS-7 yang juga Mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta. Dua tahun setelah menjalani kondisi seperti itu, akhirnya MAPALA WINDRASANA mengalami kevakuman.
Memasuki tahun 1980-an, para mahasiswa UPN "Veteran" Yogyakarta banyak yang aktif dan juga membentuk organisasi kepecintaalaman di luar kampus. Ada juga yang membentuknya di fakultas di bawah koordinasi senat mahasiswa, namun ini hanya bersifat informal saja.
Salah satu organisasi kepecintaalaman di luar kampus, dengan anggota mayoritas mahasiswa UPN "Veteran" Yogyakarta adalah HMPA KUSUMAPALA. Organisasi ini memang bukan merupakan bagian dari UPN "Veteran" Yogyakarta, namun sebgian besar anggotanya ikut menjadi pendiri-pendiri unit kegiatan pecinta alam tingkat fakultas di UPN "Veteran" Yogyakarta.
Pada awal tahun 1989, Santoso yang ketika itu sudah menjadi dosen di Fakultas Ekonomi dengan titel Drs sekaligus menjabat sebagai Kepala Bagian Pembinaan Kemahasiswaan UPN “Veteran” Yogyakarta mengundang beberapa pengurus KUSUMAPALA. Dia meminta para pengurus KUSUMAPALA yang merupakan mahasiswa UPN "Veteran" Yogyakarta untuk melahirkan kembali WINDRASANA sebagai UKM Pecinta Alam di tingkat Universitas.
Beberapa pengurus KUSUMAPALA yang berstatus sebagai mahasiswa UPN "Veteran" Yogyakarta akhirnya pun sepakat untuk menghidupkan kembali Unit Kegiatan MAPALA UPN "Veteran" Yogyakarta. Mereka berinisiatif mengajak beberapa pengurus unit kegiatan MAPALA di tingkat fakultas untuk bergabung. Ketika itu, memang sudah ada unit kegiatan kepecinta alaman di tingkat fakultas, seperti Palamic di Fakultas Ekonomi, Palateka di Fakultas Teknik Kimia, Watalhi di Fakultas Pertanian, Pangea Cruiser di Fakultas Teknik Geologi, Patrapala di Fakultas Teknik Perminyakan, dan Mahameru di Fakultas Teknik Pertambangan.
Setelah melakukan beberapa pertemuan, mereka sepakat menghidupkan kembali MAPALA UPN “Veteran” Yogyakarta. Selain menetapkan ditetapkan tanggal pendiriannya 17 Agustus 1977, mereka juga sepakat mengangkat Edy Prasetyono (Paxcel) ditunjuk sebagai Ketua Umum.
Para pengurus lainnya adalah Luhut Patio Lumban Gaol selaku ketua I, Kadresyanto Susetyo (ketua II) dan Edy Soeswanto (ketua III). Prismono menjabat sekretaris I dibantu Ana Kadarwati (Sekretaris II), Sutedjo Marstingal selaku Bendahara I dan Dewi Handiani (Bendaraha II). Di bawah pengurus inti ini ada beberapa koordinator dan anggota divisi, yakni Hutan Gunung, Rock Climbing, Penjelajahan, Caving, Olah Raga Air, SAR dan Kegiatan Ilmiah.
Kegiatan pertama usai pembentukan MAPALA adalah mengikuti upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI di Pasar Bubrah, Puncak Gunung Merapi tanggal 17 Agustus 1989. Kegiatan itu juga dibarengi dengan acara peringatan HUT MAPALA, dengan menabur bunga di puncak gunung tersebut.
Kegiatan selanjutnya adalah Sarasehan Anggota, yang diisi cerita tentang sejarah kegiatan MAPALA di UPN “Veteran” Yogyakarta. Dalam kesempatan itu, para anggota juga mendapat pembekalan materi speleologi dari ASC. Keesokan harinya, acara dilanjutkan dengan Bakti Sosial berupa pemasangan bak sampah di area wisata Goa Cerme di Bantul, dan diakhiri dengan penelusuran Goa Cerme.
Bulan Oktober 1989, Pengurus melakukan rapat kerja dan penyusunan AD/ART. Selain menghasilkan sebuah AD/ART, pengurus juga memutuskan untuk menggunakan kembali nama WINDRASANA.
Ketiga kegiatan utama MAPALA itu mendapat ijin kegiatan dari Pembantu Rektor III Drs. Wahid. Dengan adanya ijin tersebut, dana kegiatan pun ikut turun. Begitu pula dengan kegiatan lainnya, seperti ikut serta dalam Lomba Lintas Baduy Dalam, kursus Identifikasi Dampak Lingkungan (IDDAL) dan pelaksanaan Pendidikan & Latihan Dasar (Diklatsar) I akhir tahun 1989.
Acara pembukaan dan penutupan Diklatsar I dihadiri dan diresmikan oleh Rektor UPN "Veteran" Yogyakarta, Bambang Soeroto, di Kampus Tambak Bayan (sekarang menjadi Kampus II UPN “Veteran” Yogyakarta). Diklatsar I ini dilaksanakan di Rinifdam Magelang dan seputaran gunung Telomoyo yang diakhiri dengan long march sampai ke jembatan Babarsari, Yogyakarta. Dari Diklatsar I ini, MAPALA mendapat tambahan anggota sebanyak 25 orang dengan predikat Tunas Harapan.
Kegiatan utama lainnya usai pelaksanaan Diklatsar I adalah Pendakian Gunung Semeru, dengan menonjolkan kegiatan ilmiahnya berupa identifikasi keanekaragaman hayati di pengungungan tersebut. Menjelang akhir tahun 1990, MAPALA mengadakan Diklatsar II, yang menghasilkan tambahan anggota sebanyak 14 orang.
Menjelang akhir tahun tahun 1990, saat Pembantu Rektor III dijabat oleh Kol. (Purn) Sudrajad, terjadi perombakan pada unit kegiatan mahasiswa yang berakibat pada pembubaran organisasi kepecintaalaman di tingkat fakultas. Mereka selanjutnya diwajibkan untuk memfusikan diri menjadi satu Unit Kegiatan Pecinta Alam tingkat Universitas dengan nama MAPALA UPN "Veteran" Yogyakarta.
Meskipun terjadi deadlock pada proses fusi pembentukan Unit Kegiatan MAPALA, namun MAPALA UPN "Veteran" Yogyakarta tetap didirikan. Sasmita Nugroho ditunjuk sebagai Ketua pertama MAPALA UPN “Veteran” Yogyakarta dan Ir. Eko Teguh Paripurno ditunjuk sebagai pembimbing UKM Mapala UPN "Veteran" Yogyakarta.
Sebelumnya, untuk merealisasikan hal ini berkali–kali dilakukan pertemuan antara senat fakultas yang membawahi organisasi pecinta alam di tingkat fakultas dengan pihak universitas. Proses penggabungan ini tidak berjalan dengan lancar dan sampai sekarang masih ada beberapa yang berdiri di luar kampus.
Setelah ditelusuri, ternyata Pembantu Rektor III diperintahkan oleh Rektor untuk memenuhi kesepakatan antara Patrapala dengan PERTAMINA mengenai penelitian suatu produk barunya di puncak Jayawijaya. Menurut penilaian pihak rektorat, Patrapala belum siap untuk melaksanakan ekspedisi ke puncak Jayawijaya dan diharapkan MAPALA UPN "Veteran" Yogyakarta yang baru bisa memenuhi kewajiban tersebut. Hal inilah yang menyebabkan mengapa MAPALA UPN "Veteran" Yogyakarta, yang baru saja berdiri, mampu melaksanakan ekspedisi ke puncak Jayawijaya.
Berdasarkan surat ijin kegiatan nomor S1/116/VI/1991/Rek tentang pengukuhan pengurus Mapala UPN “Veteran” Yogyakarta yang dilaksanakan tanggal 15 Juni 1991, maka secara du jure dianggap sebagai hari lahirnya Mapala UPN “Veteran” Yogyakarta. Anggota Mapala yang tercatat hingga sekarang tahun 2009 menjadi anggota penuh yang memiliki nomor keanggotaan (MPA) sesuai AD/ART MAPALA UPN “Veteran” Yogyakarta sebanyak 191 orang.
Sejarah berdirinya Mapala UPN “Veteran” Yogyakarta ini juga telah disepakati pada Musyawarah Anggota pada tanggal 23-24 April 1994 berdasarkan ijin kegiatan nomor S1/15-0/IV/1994 di Wisma Kaliurang. (Dok.MPA/Prismono)