Kapal dagang saat bersandar di Pasar Bangkuang (widi/mapalaUPN) |
Memang bukan dalam artian berjalan yang sesungguhnya, namun pasar tersebut selalu berpindah dari desa satu ke desa yang lainnya. Desa - desa di Kecamatan tidak ada yang dihubungkan oleh jalur darat, karena akses yang sulit dan dikelilingi oleh hutan dan rawa gambut, namun masing - masing desa terhubung oleh Sungai Barito, sehingga transportasi utama guna menyokong kegiatan perekonomian adalah melalui transportasi air. Hal inilah yang menyebabkan kegiatan jual beli di daerah Kecamatan Bangkuang sedikit berbeda dengan di daerah lainnya.
Barang - barang kebutuhan pokok masyarakat sekitar diangkut oleh kapal dagang. Kapal dagang tersebut melakukan aktivitasnya dengan mengikuti hari pasar yang telah ditetapkan di masing - masing desa, sehingga masyarakat tidak perlu repot harus berangkat kepasar di desa lain, cukup menunggu hari pasar di desanya.
Kapal dagang dapat dibilang melalui perjalanan yang cukup panjang untuk dapat mengangkut barang kebutuhan pokok masyarakat desa, karena kota besar terdekat adalah Kota Banjarmasin di Kalimantan Selatan, yang oleh kapal dagang ditempuh dalam waktu 1 hari 1 malam, hal ini juga berdampak pada perbedaan harga barang kebutuhan pokok yang sedikit lebih mahal.
Kondisi seperti inilah yang dialami oleh masyarakat Kecamatan Bangkuang Kalimantan tengah pada khususnya dibalik hingar bingar kemajuan teknologi dan kemudahan transportasi masal di kota - kota besar. Namun hal terebut tidak lantas membuat masyarakat iri dengan daerah lain, justru menerima dengan bangga sebagai bagian dari adat dan budaya mereka yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Sungai Barito oleh masyarakat dimanfaatkan alurnya sebagai akses transportasi utama, pemenuhan kebutuhan air, pemenuhan kebutuhan pangan dan lapangan pekerjaan. Sehingga Sungai Barito sudah menjadi bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat sekitarnya yang tidak dapat dipisahkan.(Wd)