Rabu, 02 September 2015

MAPALA : Pencinta Alam Vs Penikmat Alam

Sumber : Koleksi Foto organisasi  MAPALA UPN

GALIA NEWS - Di jaman yang serba modern ini kegiatan alam bebas bukan lagi sebuah hal istimewa. mendaki gunung di jaman ini bukan masalah skill ataupun masalah safety prosedure, karena hal - hal tersebut sudah cenderung dilupakan para pendaki karena memperibet perjalanan. Ketika kita melakukan pendakian sering menemukan hal ganjil yang seharusnya tidak dilakukan oleh para Pencinta Alam, nah ini yang kami sebut dengan istilah penikmat alam.

Penikmat alam demikian yang kita sebut bagi orang yang memiliki hoby mendaki gunung namun kaedah dalam pendakian sedikit disingkirkan. Contohnya yang paling sederhana adalah masalah perbekalan, dimana para pendaki selalu melewatkan tentang manajemen pendakian seperti membawa bekal ala kadarnya ataupun dengan gegabah tidak membawa persediaan sama sekali. Pendaki yang golongan inipun selalu membuat orang lain kesusahan seperti sampahnya yang tidak kunjung dibawa turun atau yang parah lemass dan mengharap iba pendaki yang disekitarnya.

Pecinta alam sebuatan pendaki yang terorganisir yang biasanya masuk dalam organisasi / kelompok pecinta alam tertentu ini, selalu memiliki konsep dalam pendakian dan mereka mengutamakan safety prosedure dan manajemen pendakian. Pendaki seperti ini terlihat dari tampilan mereka yang membawa tas besar yang terkadang sama tingginya dengan badan mereka, bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, namun ketika dibuka ransel mereka semua mata akan tertuju pada mereka. Kenapa???? kadang ketika para pendaki golongan ini sudah memutuskan untuk membangun camp, seperti pindahan rumah saja, dikarenakan segalanya telah dipersiapkan sesuai prosedur organanisasi/kelompok masing - masing (standar pendakian setiap organisasi/ kelompok terkadang berbeda), 

Seperti yang kita tahu banyak kejadian orang yang hilang digunung atau yang terparah meninggal digunung, karena itu banyak orang tua yang mengkhawatirkan anaknya untuk masuk sebuah organisasi/ kelompok pecinta alam. Tapi, dengan melarang mereka bisa menumbuhkan keinginan lebih dalam berkegiatan outdor tanpa pendampingan, hal ini yang membuat berkembangnya penikmat alam. Karena ada sifat manusia yang ingin hal yang dilarang sifat ini yang kadang memutuskan untuk memberontak dan pergi untuk mendaki sendiri dan ketika terjadi suatu permasalahan bisa berkibat aksi domino. Maksudnya aksi domino adalah,  X adalah mahasiwa disebuah kamus A, X ingin masuk organisasi pecinta alam sebut saja organisasi Z. X tidak diijinkan orang tuanya, X yang sudah terdoktrin ingin menjadi petualang pun mengikuti aturan orang tuanya. Namun, tahun demi tahun dia mendengarkan ocehan teman sekelas yang ternyata juga penikmat alam punya ambisi untuk mendaki gunung S. X pun angkat ransel dengan mengajak Y dan W, dengan berbekal ambisi mereka mendaki gunung S. Namun diperjalanan pendakian mereka habis bekal dan untuk sampai tempat yang dituju masih lama karena fisik mereka belum terlatih. Y yang sudah pernah mendaki  dan memiliki fisik lebih baik memutuskan turun mencari pertolongan. sampai di bawah kabar menyebar 2 pendaki hilang X dan W yang menunggu diatas tidak sabar dan panik mereka turun dan hilang jejak. Tim SAR pun dikerahkan, akhirnya kampus mereka di telefon untuk memastikan identitas mereka kampus pun telefon organisasi Z untuk memastikan dan Organisasi Z pun menjelaskan bahwa korban bukan amggota organisasi. Demi menjaga nama baik kampus organisasi Z pun berangkat kelokasi dengan tim yang ada, peralatan standart dan perbekalan selama beberapa hari. Setelah disana dan beberapa hari pencarian korban ditemukan. Namun, dimedia yang simpang siur menganggap korban adalah anggota organisasi Z, Z mengklarifikasi insiden tersebut dan akhirnya kasus ditutup. Orang tuanya pun meminta maaf ke organisasi Z dan kampus A atas kelakuan anaknya dan berterima kasih pada tim penyelamat yang telah membantu. Jadi para pembaca yang budiman lebih baik anda menjadi orang ribet untuk keselamatan diri kalian dari pada suatu saat anda jadi korban atas egoisme diri. Karena menjadi Pecinta alam bukan sekedar kepuasan dalam beraktifitas namun juga menjadi beban untuk bertanggung jawab atas suatu kejadian disekitarnya. Untuk para pendaki, mendaki gunung itu bukan sekedar egoisme menggapai puncak, tapi tenggang rasa untuk orang lain dan alam.(Ft)